Kamis, 18 Oktober 2012

PENALARAN DEDUKTIF (*Tulisan)

BAB I. PENDAHULUAN
          Sehari-hari pasti kita kerap kali mendengar kata “nalar” atau “penalaran”. Kalau saya pribadisering mendengar kata nalar itu sendiri saat saya mengikuti ekskul Paskibraka di SMP dulu,dimana senior-senior saya seringkali mengajarkan Gerak PBB (Peraturan Baris Berbaris) itudengan banyak variasi gerakan setiap harinya dan saya sebagai salah satu anggotanya dituntutuntuk cepat tanggap dalam menerima setiap gerakan baru dan cepat untuk menghafalnya. Mereka mengajarkan sedikit otoriter dan dengan gaya khas bicara mereka menyebutkan “Nalar yah kalaudikasih tau, jangan sampai ada kesalahan terulang!!”. Hingga akhirnya sampai saat ini saya berkesimpulan bahwa “nalar” itu dimaksudkan untuk seberapa cermat sih kemampuan berfikir dan pemahaman sesorang terhadap suatu hal baru atau permasalahan yang ada
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik)yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi (proposisi yang sejenis), berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.Proses inilah yang disebut me-Nalar Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkangaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
 

BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Penalaran Deduktif
Dalam dasar penalaran logika tedapat dua jenis yang perlu anda ketahui yakni penalaran deduktif dan penalaran induktif. Bahasan yang ingin saya sampaikan adalah penalaran deduktif yang kadang disebut logika deduktif, penalaran ini membangun atau mengevaluasi argumen secara deduktif. Dimana, argumen ini dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Melalui premis “benar” ataupun “salah” dapat ditarik suatu kesimpulan yang lebih spesifik. Penalaran deduktif ini mengambil suatu kesimpulan dari data yang bersifat umum kemudian ditarik suatu kesimpulan yang didasarkan pada pemikiran logika dan sifatnya lebih spesifik. 

B. Jenis- jenis Penalaran Deduktif
Conditional Reasoning atau Propositional Reasoning ( Penalaran Bersyarat atau Penalaran Proposisional )
→ Menjelaskan hubungan antar kondisi yang ada.
Contoh :
·        Jika rembulan bersinar, saya dapat melihat tanpa senter
·        Saya tidak dapat melihat tanpa senter
·        Jadi rembulan tidak bersinar
Hubungan ini disebut sebagai hubungan “Jika……………Maka…….”
 
Sylogism Reasoning (Penalaran Silogisme)
→ Melibatkan jumlah seperti “semua”, “beberapa”, “tidak ada”, atau  pernyataan “benar/salah”, “tidak tentu”, seperti contoh berikut :
§  “Beberapa bankir adalah lulusan universitas”
§  “Beberapa lulusan universitas adalah orang yang ramah”
§  “Jadi, beberapa bankir adalah orang yang ramah”
Menurut Matlin (1994) : penalaran deduktif dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan kesadaran.
 
C. Faktor – faktor dalam penalaran deduktif
Antara Lain ada 3 yaitu:

1. Terdapat pada kalimat utama,
2. Penjelasannya berupa hal-hal yang umum,
3. Kebenarannya jelas dan nyata.


BAB III. KESIMPULAN
Penalaran deduktif yang disebut juga sebagai logika deduktif, penalaran ini membangun atau mengevaluasi argumen secara deduktif. Dimana, argumen ini dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Melalui premis “benar” ataupun “salah” dapat ditarik suatu kesimpulan yang lebih spesifik. Penalaran deduktif ini mengambil suatu kesimpulan dari data yang bersifat umum kemudian ditarik suatu kesimpulan yang didasarkan pada pemikiran logika dan sifatnya lebih spesifik. 


BAB IV. DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut